Semua yang ada di Hidup Anda, Andalah yang MENARIKNYA

Betul sekali, semua yang ada di hidup Anda, Andalah yang menariknya. Terima Fakta Ini !

Kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Anda, baik positif maupun negatif sedang menjadi kenyataan untuk mendatangi Anda !
law of attraction

Kalian mengucapkan :
  1. Saya sudah tua --- Selamat ! Do'a Anda terkabul, Anda menjadi tua tanpa Anda sadari, waktu di hidup Anda mempercepat fisik dan stamina Anda menurun !
  2. Saya tidak mampu, karena umur segini belum bisa --- Selamat saudaraku, lagi-lagi terkabul hidup Anda semakin terpuruk.
  3. Saya mampu, saya bisa --- Bagus, terkabul lagi saudaraku, Anda bisa, Anda mampu !
  4. Masih banyak lagi contoh yang lainnya, tapi kalian pasti paham...

Pertanyaan : Kenapa banyak sekali orang mengucapkan kalimat negatif? Dan kenapa kalimat negatif lebih cepat menjadi kenyataan?

Jawaban :

Kalimat, negatif, pikiran negatif, emosi negatif merupakan frekuensi rendah karena itulah lebih cepat menjadi kenyataan. Bahasa mudahnya, semua yang negatif adalah "murahan" jadinya banyak dan cepat.

Sedangkan

Kalimat positif, pikiran positif, emosi positif, merupakan frekuensi tinggi dan berat. Membutuhkan waktu untuk menjadi kenyataan. Bahasa mudahnya, semua yang positif adalah "mahal" jadinya sedikit dan langka.

Satu Pertanyaan yang Perlu Anda Ketahui dalam Mewujudkan Keinginan


apa yang sebenarnya anda inginkan?Do you know what you want?
Apakah Anda tahu apa yang Anda inginkan?

Ketika saya menanyakan itu kepada beberapa orang, mereka segera menjawab "Ya, saya mengetahui apa yang saya inginkan". Biasanya jawaban yang diberikan adalah "uang, rumah bagus, kesehatan yang lebih baik, hubungan yang menyenangkan, dll".

Dan itu oke, tak masalah. Tetapi ketika saya menanyakan mengenai "detail"nya, mereka seperti sulit menjawab.

Berapa banyak uang yang kau mau?
Hanya cukup untuk membayar biaya bulanan?
Cukup untuk membiayai hidup selama 5 tahun tanpa bekerja?
Cukup untuk membayar sekolah anak-anakmu?
Seberapa banyak?
Seberapa banyak JUMLAHNYA?

Inilah waktunya untuk merincikan apa yang Anda inginkan.

Ambil selembar kertas, beri garis vertikal untuk membuat 2 bagian kertas. Di sebelah kiri buatlah daftar yang Anda TIDAK INGINKAN mengenai uang.

Sebagai contoh :
"Saya tidak punya uang tabungan"
"Gaji saya tidak cukup"
"Pengeluaran saya lebih besar daripada pemasukan"

Setelah selesai, buat lawan dari kata-kata negatif yang sudah Anda buat dan tuliskan di sebelah kanan kertas.

Contohnya:
"Saya tidak punya uang tabungan" >>> "Saya selalu mempunyai uang untuk menabung"
"Gaji saya tidak cukup" >>> "Gaji yang saya terima lebih dari cukup"
"Pengeluaran saya lebih besar daripada pemasukan" >>> "Uang tabungan saya terus meningkat"

Simple! Sekarang keinginan Anda mengenai uang sudah lebih terincikan. Langkah terakhir yang harus Anda lakukan adalah menyalin apa yang sudah Anda tuliskan di sebelah kanan kertas ke selembar kertas baru. Ini bertujuan agar Anda hanya fokus kepada hal-hal yang Anda INGINKAN, bukan kepada hal-hal yang Anda TIDAK INGINKAN. 

Setelah itu, hancurkanlah kertas pertama yang berisi hal-hal yang Anda tidak inginkan tadi, boleh Anda robek-robek, bakar, terserah Anda. Tentu saja Anda tidak ingin hal-hal negatif tersebut tetap muncul di kehidupan Anda bukan? Buang dan hancurkanlah apa yang Anda tidak inginkan, dan fokus hanya kepada yang Anda inginkan.

Cara ini bisa Anda aplikasikan untuk berbagai hal, tidak hanya uang saja. Selamat bereksperimen !

Mewujudkan Keinginan dan Impian tidak Sesulit yang Anda Bayangkan

3 formula untuk mewujudkan keinginan.
Ada 3 hal yang sangat penting yang harus Anda pahami jika Anda ingin mewujudkan apapun keinginan Anda. Kebanyakan orang menciptakan dengan tidak sadar. Mereka tidak pernah belajar proses penciptaan, dan karena itu mereka tidak sadar pula mengapa "hal buruk" tetap terjadi pada kehidupan mereka.
3 formula rahasia mewujudkan keinginan impian dan harapan

Here's how it works...

Step 1 - You ASK (Meminta)
Bayangkan diri Anda adalah pemancar sinyal radio. Anda terus-menerus mengirim sinyal ke alam semesta, tetapi sinyal apa yang Anda kirim? Anda harus mengirimkan sinyal yang tepat untuk dapat mewujudkan hasil yang sesuai dengan keinginan Anda.

Meminta bukanlah hal yang sulit. Anda telah melakukan itu sejak Anda lahir. Sadarilah, ketika tagihan bulanan Anda datang, Anda mengatakan "Aku membutuhkan lebih banyak uang". Ini terjadi otomatis dan bukan sesuatu yang dapat Anda hentikan. Anda dapat meminta apapun yang Anda mau, dan dengan mengikuti langkah kedua, niscaya Anda akan mewujudkannya.

Step 2 - The Universe ANSWERS (Alam Semesta Menjawab)
Setelah Anda meminta, alam semesta akan menjawab. Langkah ini sebenarnya bukan sepenuhnya untuk Anda.

Alam semesta tidak pernah membedakan antara baik dan buruk. Jika Anda meminta sesuatu, alam semesta akan merespon dengan menjawab permintaan Anda dan mengambil langkah untuk menghadirkannya kedalam hidup Anda. Anda meminta, alam semesta menjawab. Luar biasa bukan?

Step 3 - You Must RECEIVE (Menerima)
Anda telah meminta. Alam semesta menjawab permintaan Anda. Lalu dimana hasilnya? Walaupun alam semeta telah menjawab permintaan Anda, apa yang terjadi sangat mirip ketika Anda pergi ke sebuah restoran cepat saji. Anda membuat pesanan dan Anda harus datang untuk menerima makanan Anda. Makanan Anda sedang disiapkan di ruang belakang, dan sisanya adalah Anda yang harus datang untuk menerimanya!

Hal ini sama dengan alam semesta. Anda harus datang dan menerima makanan Anda (atau uang, rumah, pasangan hidup, dan sebagainya). Untuk melakukan ini Anda harus merasakan bahwa Anda telah mendapatkan apa yang Anda inginkan.

Anda tidak bisa berpikir :
"Saya banyak hutang"...
"Saya mau lebih banyak uang"...
"Saya tidak dapat membeli apapun untuk saya"...

Contoh diatas adalah hal yang bertentangan. Dalam langkah menerima, Anda harus merasakan bahwa apa yang Anda inginkan, telah hadir dalam hidup Anda.

Jika Anda menginginkan lebih banyak uang, katakanlah :
"Saya gembira atas semua hal yang dapat saya beli"
"Uang membuat saya bahagia"
"Saya merasakan kelimpahan"

Semoga bermanfaat !

10 Prinsip Hukum Tarik Menarik (Law of Attraction)

Mengetahui bagaimana cara untuk mendapatkan apa yang kamu mau adalah salah satu "kunci" untuk mengembangkan hidupmu. Dengan membaca 10 Prinsip Hukum Tarik Menarik (10 Principle Law of Attraction) dibawah ini, kamu akan mengembangkan kemampuan alami yang akan membantumu dalam mewujudkan keinginanmu.

prinsip hukun tarik menarik (law of attraction)

Disini kamu akan belajar menjadi "master" dari seni membangkitkan emosi. Kamu akan menyadari bahwa tidak ada satupun hal-hal yang berasal dari luar yang bisa mengubah emosimu. Emosi muncul dari dalam diri, dan ketika kamu dapat merasakannya, secara otomatis kamu akan menarik semua yang berfrekuensi sama dengan emosi yang sedang kamu rasakan sekarang.
  1. Inginkan itu, tetapi jangan terlalu menginginkannya. Ucapkan rasa syukur pada apapun yang kamu miliki sekarang. Biarkan keinginanmu mengalir secara alami kedalam hidupmu dengan rasa sukacita dan penerimaan, tanpa kamu memberikan tuntutan atas keinginanmu.
  2. Inginkan itu dengan rileks, santai, dan tenang. Gantikan rasa terburu-buru dengan kesabaran.
  3. Buka dirimu untuk sesuatu yang lebih baik. Visualisasikan keinginanmu, tetapi biarkan Alam Semesta yang mencari tahu "bagaimana cara mewujudkannya".
  4. Berbahagialah tanpa keinginanmu. Jangan jadikan keinginanmu menjadi hal2 yang membuat kamu menjadi tidak bahagia. Enjoy happiness right now.
  5. Percaya dan Pasrah. Percaya adalah kekuatan terbesar yang mengetahui apa yang terbaik untukmu. Pasrah adalah sikap merendahkan hati kepada kekuatan besar itu.
  6. Ketahui mengapa kamu menginginkan itu. Tanyakan dirimu sendiri "Untuk tujuan apa?"
  7. Ketahui alasanmu. Lebih banyak manfaat dan alasan yang bisa kamu jelaskan dengan detail, bisa lebih cepat mewujudkan keinginanmu.
  8. Ambil langkah kecil. Setiap langkah akan membuatmu lebih dekat ke impianmu. Banyak "action" maka banyak pula hasil yang didapatkan.
  9. Latihlah kesabaran dan kekonsistenan. Sukses membutukan waktu untuk terealisasi. Bebaskan dirimu dari rasa mengharap lebih, dan nikmati waktumu yang sekarang.
  10. Percaya bahwa kamu pantas mendapatkannya. Ingatlah bahwa kamu dapat mewujudkan apa yang kamu inginkan.
Itulah 10 Prinsip Hukum Tarik Menarik (Law of Attraction) yang bisa kamu gunakan untuk membantumu dalam proses perwujudan keinginanmu, semoga bermanfaat !

Menunggu Bimbang Berlalu

Pernahkah Anda merasa bingung, bimbang dan ragu-ragu ketika menghadapi suatu masalah? Atau memilih suatu keputusan yang penting? Atau menunggu lahirnya solusi dari problem yang rumit?

cara mengatasi kebingungan dan kebimbangan


Mencintai hidup tidaklah selalu mudah, terutama ketika kita sedang terbebani oleh berbagai masalah. Waktu kita dihadapkan pada tertundanya penyelesaian suatu masalah, rasa bimbang dan ragu muncul dalam diri. Rasa ini terasa tidak nyaman untuk dipikul, sehingga kita ingin mengusirnya, menghilangkannya, mengubahnya. Dan dalam kepala kita, satu-satunya cara untuk mengakhiri rasa bimbang dan ragu itu adalah dengan menyelesaikan situasi yang sedang kita permasalahkan.

Namun dalam kenyataannya, situasi hidup yang kita hadapi, tidak selalu bisa terselesaikan tuntas dalam waktu yang singkat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi siapnya solusi dan tuntasnya situasi. Dan, faktanya, tidak semua faktor, terutama yang berhubungan dengan orang lain, bisa kita kendalikan secara absolut. Inilah yang kemudian menjadi lahan gembur untuk lahirnya stres. Kita ingin bebas dari stres dengan cara segera tuntas dari masalah, tapi masalah tak kunjung selesai karena ada hal-hal di luar kuasa kita yang belum bisa berubah sesuai harapan.

Kalau memang demikian, adakah cara lain untuk mengobati rasa bimbang dan ragu yang tidak nyaman ini? Bisakah kita memahami lebih baik tentang timbul tenggelamnya masalah dalam hidup ini, sehingga meskipun tidaklah realistis untuk hidup bebas masalah sama sekali, minimal kita bisa menjalani dan menghadapinya lebih ringan dan selaras?

Perlunya Fase Bimbang, Bingung, dan Ragu

Kalau kita memerhatikan alam dan kehidupan ini, sebenarnya ada suatu pola kekacauan yang selalu terjadi sebelum perubahan dan pertumbuhan. Dalam ilmu fisika kuantum, hal ini disebut ‘chaos principle’. Prinsip chaos bilang bahwa setiap hal perlu menjadi kacau, berantakan dan tidak beraturan, sebelum hal tersebut bisa menyusun kembali dirinya sendiri dalam tatanan yang lebih matang, lebih maju dan lebih baik.

Kita bisa mengamati prinsip chaos ini dalam setiap aspek kehidupan. Sebelum musim semi, harus ada musim gugur terlebih dahulu. Bila Anda sedang berniat membereskan rumah, pasti dalam prosesnya rumah Anda akan sejenak lebih berantakan daripada sebelum dirapihkan, sebelum akhirnya menjadi lebih rapi dan apik.

Pada kesehatan anak, dia perlu mengalami sakit dan infeksi sebelum kekebalan tubuhnya menjadi semakin kuat ketika dia pulih. Vaksinasi pun bekerja dengan cara ‘menghancurkan’ kekebalan tubuh untuk sementara, sehingga ketika tubuh memulihkan diri, lahirlah antibodi baru yang sebelumnya tidak tersedia.

Pada skala yang lebih besar, suatu negara pun membutuhkan kekacauan untuk bisa tumbuh. Ketika kekacauan muncul dalam intensitas kecil, kita sebut itu evolusi. Jika kekacauannya besar, kita sebut itu revolusi. Semua kekacauan tersebut adalah prasyarat untuk lahirnya kondisi baru, kematangan baru dan kesempatan baru.

Pada tingkat yang paling pribadi dan dekat di hati kita, cobalah lihat kembali setiap kemajuan dan pertumbuhan yang kita nikmati dalam hidup kita sendiri. Bukanlah selalu bisa kita temukan momen-momen bingung, bimbang dan ragu sebelum mengambil langkah, pilihan dan keputusan yang sekarang hasilnya kita nikmati? Dan ingatkah betapa kita kerapkali berharap bahwa hidup ini bebas dari bingung, bimbang dan ragu, tapi sungguh tidak mungkin seperti itu?

Barangkali inilah yang bisa membantu kita semua: sadarilah bahwa tahapan kita merasa bingung, bimbang dan ragu itu sangatlah PERLU. Semakin cepat kita bisa menyambut dan menerima ‘perlunya’ tahapan yang tidak nyaman ini, semakin lancar pula tuntasnya masalah.

Memperpanjang Rasa Tidak Nyaman Tidaklah Perlu
Meskipun kekacauan diperlukan, bukan berarti rasa tidak nyaman akibat kekacauan perlu ada. Dari mana sebenarnya rasa tidak nyaman ini muncul ketika situasi hidup sedang kacau? Jawabannya hanya satu: penolakan kita terhadap kekacauan. Kita tidak memberikan ruang, izin dan kesempatan untuk hadirnya kekacauan, sehingga ketika kekacauan muncul, kita berjuang setengah mati untuk mengusirnya, dan inilah yang merintis stres dan rasa tidak nyaman.

Stres memang fenomena ajaib. Stres mampu mengubah rentang waktu menjadi elastis. Tentu kita semua ingat betapa momen-momen menyenangkan dalam hidup terasa berlalu begitu cepat, serta betapa momen yang tidak menyenangkan serta membosankan terasa berjalan begitu lambat dan tidak kunjung habis.

Persepsi kita tentang berjalannya waktu ternyata tidak pernah objektif. Bagaimana ini bisa dijelaskan? Prinsip emas inilah kuncinya: apa pun yang kita ingin tolak, ingin ubah, ingin usir, ingin hilangkan, justru hal tersebut akan menjadi awet, langgeng dan bertahan. What you resist, persists. Sedangkan apa pun yang kita izinkan, rasakan, amati dengan hening tanpa reaksi, justru akan menjadi pudar dan tuntas.

Jadi, ketika bingung, bimbang dan ragu muncul, ingatlah prinsip emas tersebut. Membenci dan mengusir rasa tidak nyaman, hanya akan berakibat bertambahnya ‘bensin’ dari rasa tersebut sehingga semakin lama pula kita alami. Belajarlah untuk tidak menolaknya, justru amati, sadari dan rasakan.

Tinggal Menunggu Mangga Jatuh

Mengharapkan munculnya solusi dan tuntasnya masalah sebenarnya bagaikan menunggu mangga jatuh sendiri dari pohonnya. Bila mangga tersebut belum matang, memetik sebelum waktunya akan membuat kita memperoleh rasa buah yang masam.

Sementara itu, biasanya ketika kita sedang mendesak tuntasnya masalah kita, kita justru sibuk berpikir terlalu banyak, menganalisa tanpa henti secara berlebihan, berusaha memilah-milah benar dan salah, menimbang baik dan buruk, seolah-olah itu mampu mempercepat ‘matangnya mangga’ berjudul masalah.

Baru-baru ini saya bercakap-cakap dengan salah seorang klien saya yang sedang bimbang di persimpangan keputusan. Dia tidak menyadari bahwa bimbang itu perlu, dan seandainya dia izinkan dirinya untuk menunggu, ketimbang berusaha mengatasi masalah secara tergesa, tentunya dia bisa menjalani proses lebih rileks.

Padahal setelah dia mengingat kembali, sebenarnya dalam setiap momen hidupnya, bingung selalu hadir sebelum kejernihan. Setelah sekian lama bergulat dengan keraguan, tiba-tiba suatu hari muncullah kesiapan untuk melangkah. Kesiapan tersebut bisa saja berbentuk kondisi eksternal. Misalnya, mau tidak mau sudah harus melangkah karena tiba di batas waktu tertentu, atau karena kondisi internal, misalnya tiba-tiba saja hatinya bulat dan jernih untuk memutuskan. Inilah yang saya sebut dengan saatnya ‘mangga jatuh’ dan kita tinggal siap, sadar dan menangkapnya.

Terkadang memang ketika kita sedang bingung, bimbang dan ragu, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah diam, hening dan menunggu sambil mengamati. Ketika kita mulai menerima perlunya kekacauan dalam hidup, kita mulai mempersiapkan ‘ruang’ dan ‘izin’ bagi kehadirannya. Di situlah kedamaian mulai tersedia bagi kita semua. Bernapaslah, nikmati proses menunggu kekacauan, dan waspadalah untuk menunggu ‘mangga’ Anda matang alami dan jatuh dengan sendirinya.

Bersahabat dengan Nafsu

Siapa manusia yang tidak kenal dengan nafsu? Nafsu adalah bagian alami semua makhluk hidup. Nafsu adalah energi yang mampu menggerakkan kita dalam hidup ini. Dia sanggup mendorong sepotong buah pikiran menjadi minat, dan kemudian menghasilkan tindakan, yang akhirnya berbuah menjadi hobi, pola dan kebiasaan.

cara mengendalikan nafsu

Dalam hakikatnya, nafsu adalah daya semangat yang memberikan bensin bagi perjalanan hidup dan pertumbuhan kita. Lihatlah sekitar Anda, hampir tidak ada keberhasilan atau kemajuan bisa dicapai bila tidak disemangati oleh nafsu dan keinginan.

Nafsu Sebagai Sumber Masalah

Tidak jarang juga ketika kita salah dalam mengelola energi nafsu kita sendiri, beragam masalah pun timbul, padahal sebenarnya nafsu itu bersifat alami dan netral. Contoh, nafsu makan. Ketika dikelola dengan baik, nafsu makan memberikan asupan makanan yang lezat dan gizi yang menyehatkan tubuh. Namun bila salah kelola, bisa menyebabkan adiksi makanan, kebiasaan ‘ngemil’ berlebih, bahkan penyakit akibat kelebihan gizi.

Contoh lain, nafsu birahi. Ketika disalurkan dengan baik maka nafsu ini menjadi sarana untuk memproduksi cinta, keintiman hati, dan penciptaan keturunan. Ketika birahi salah dikelola, dia bisa menjadi akar pelarian stres, pemuasan kebutuhan secara dangkal, menimbulkan kecanduan seks, atau bahkan perilaku seksual yang tidak sehat.

Belum contoh terakhir berikut, nafsu emosi. Ketika emosi dirasakan dan disalurkan dengan sehat, apa pun bentuknya, maka emosi menjadi sarana untuk mengenal diri sendiri secara cermat, menjadi jembatan komunikasi hati dalam setiap hubungan, dan juga menjadi dinamika yang membuat hidup ‘lebih hidup’. Akan tetapi, emosi yang tidak dikelola dengan baik begitu mudah menciptakan kerenggangan, pertikaian, dan stres dalam hidup kita.

Tidak terlalu meleset rasanya untuk menyimpulkan bahwa setiap masalah yang kita miliki, bisa dirunut lapis demi lapis hingga kita tiba pada satu ujung yang biasanya sama: nafsu yang salah dikelola.

Yang lebih menyulitkan lagi, lingkungan telah mengondisikan kita untuk memberikan penilaian negatif pada nafsu. Nafsu telah memperoleh cap buruk dari masyarakat, budaya dan agama. Padahal, sesuatu yang sudah bercap buruk, biasanya malah semakin sulit untuk dikelola dengan baik.

Jadikan Musuh, Atasan, atau Sahabat?

Kalau kita periksa dengan jeli, maka ada 2 pendekatan paling populer untuk menghadapi nafsu, yaitu memperlakukan nafsu bagaikan MUSUH, dan memperlakukan nafsu bagaikan ATASAN.

Ketika nafsu dijadikan MUSUH, kita cenderung ingin mengendalikannya, menaklukkannya, menekannya hingga nafsu tak punya kuasa untuk berekspresi dalam diri kita. Pendekatan ini sangat sulit karena semakin kuat kita bermusuhan, berusaha mengusir dan mengalahkan nafsu, maka semakin kuat pula nafsu berceloteh dan meronta. Di puncak adu kuat antara diri dengan nafsu ini, seringkali kita pun menyalahkan diri, atau orang lain, atau situasi, terutama saat nafsu kita ‘menang’. Inilah pendekatan yang paling umum, sekaligus juga sangat tidak natural, sehingga rentan memicu stres.

Sebaliknya, ketika nafsu dijadikan ATASAN, kita cenderung mengikuti dan mengalir dengan apa pun yang diminta oleh sang nafsu. Tentu kita semua tahu bahwa menuruti semua tuntutan nafsu tentunya akan menghasilkan problema yang lebih banyak lagi. Namun kita kadang tak punya jurus lain selain menuruti nafsu yang mungkin saja memang terlanjur kuat karena dipupuk kebiasaan.

Kalau memang demikian, adakah jalan yang bisa kita tempuh demi mengelola nafsu secara sehat dan natural? Sebenarnya jawabannya sangat sederhana, yaitu belajarlah mengenal nafsu sebagai SAHABAT kita.

Ini berarti pertama-tama kita perlu melepas dahulu cap buruk dan negatif atas segala nafsu. Semua nafsu adalah alamiah dan netral nilainya. Positif atau negatif itu tergantung persepsi dan keberhasilan kita dalam mengelolanya. Bersahabat dengan nafsu berarti kita belajar untuk mengenal, merasakan, memahami dan merawatnya dengan perhatian yang jernih dan hati yang berkesadaran.

Memahami Kebutuhan Sebenarnya Di Balik Nafsu

Setelah Anda mengerti bahwa semua nafsu pada dasarnya adalah netral, cobalah belajar mengenali kembali setiap energi nafsu yang datang dan pergi dalam diri kita. Ini tentu butuh latihan yang sederhana, namun sangat mencerahkan bila dilatih dengan tekun.

Ketika muncul nafsu tertentu, apa pun bentuknya, coba rasakan, sadari dan amati. Kenali dia apa adanya, tanpa memberikan pemenuhan atas tuntutannya. Kuncinya adalah merasakan tanpa langsung memenuhinya.

Mari kita praktekkan langsung. Anda sedang merasa lapar. Remlah sedikit refleks Anda untuk mengambil makanan terdekat, tetapi rasakan dulu dan kenali benar pengalaman lapar tersebut dengan penuh perhatian.

Mungkinkah tubuh Anda sebenarnya sedang tidak butuh makanan? Barangkali Anda hanya ‘merasa’ lapar karena sedang kesal hati dan mengunyah makanan terasa pas sebagai obat kesal?

Ketika muncul nafsu birahi, berhentilah sejenak. Benarkah Anda sedang merasakan energi cinta yang ingin dipadu? Barangkali Anda sebenarnya sedang merasa stres atau tegang, dan butuh pelarian nikmat sejenak?

Suatu saat Anda ingin sekali merokok. Stop dan bernafaslah sebentar. Benarkah tubuh Anda membutuhkannya? Mungkinkah Anda sebenarnya sedang merasa jenuh atau bosan, dan merokok menjanjikan terusirnya rasa bosan tersebut?

Ketika Anda mulai kenal dengan rasanya ‘nafsu’, maka lapisan-lapisan selanjutnya di balik nafsu tersebut seringkali akan menunjukkan dirinya. Dengan kata lain, apa yang DIMINTA oleh nafsu seringkali tanpa kita sadari bukanlah hal yang sebenarnya kita BUTUHKAN.

Jika seandainya hanya atas nama refleks dan pemenuhan instan kita sekadar mengikuti permintaan nafsu, tanpa sadar dan merawat kebutuhan yang sebenarnya, tidak heran kalau kita tidak pernah bebas dari perbudakan sang nafsu. Ketika ‘kebutuhan sebenarnya’ di balik lapisan-lapisan nafsu sudah bisa kita sadari dan rawat, maka permintaan nafsu di permukaan menjadi semakin tidak relevan dan tidak merongrong lagi untuk dipenuhi.

Sekadar Memulihkan Kepekaan Alami yang Hilang

Proses menyadari lapis demi lapis, dari nafsu sepintas hingga bisa tiba pada kebutuhan diri yang sebenarnya, bukanlah suatu hal yang biasa kita lakukan. Membutuhkan latihan untuk bisa perlahan-lahan bersahabat dengan nafsu dan merawat diri kita hingga pada kebutuhan sebenarnya. Tidak perlu kecil hati, karena keterampilan untuk merasakan diri ke dalam bukanlah hal asing.

Pada saat bayi, kita semua sangat peka untuk merasakan ke dalam diri, hanya saja kebiasaan ini mulai pudar ketika kita semakin dewasa. Latihan ini tidaklah sulit sulit karena tidak ditujukan untuk memperoleh keterampilan baru, tapi sekadar untuk memulihkan kepekaan alamiah yang sempat hilang akibat proses kehidupan menjadi orang dewasa.

Selamat berlatih, selamat belajar kembali untuk bersahabat dengan nafsu yang secara alamiah dalam diri Anda. Melatih diri akan mengembalikan kepekaan jiwa dan menghidupkan kembali hati kita. Hati yang hidup adalah hati yang semakin mudah bersyukur dan merayakan hidup itu sendiri.

ABC: Acceptance–Before–Change

Dari beragam kompleksitas peristiwa, situasi, masalah dalam kehidupan kita, maukah Anda berkenalan dengan dua elemen yang senantiasa hadir dan berdansa satu sama lain, sepanjang hidup Anda? Kedua hal ini bagaikan mitra abadi yang bernama ‘perubahan’ dan ‘penerimaan’.

penerimaan masalah

Kita semua tentu pernah mengalami masalah karier, masalah rezeki, masalah percintaan, masalah kesehatan (penyakit) serta segala masalah hidup. Tentunya dalam setiap masalah, mencari perbedaan adalah mudah, karena dalam setiap jenis masalah di atas pastinya situasi dan pihak yang terlibat berbeda.

Teka-teki besarnya sekarang adalah, apakah Anda bisa menemukan satu hal tunggal yang mengawali dan juga mengakhiri setiap masalah? Sebagai petunjuk tambahan, hal tunggal itu merupakan hal yang sama untuk setiap jenis masalah di atas. Renungkan baik-baik. Karena memahami hal ini menjadi kunci Anda untuk menyelesaikan masalah apa pun.

Petunjuk baru lagi buat Anda, meskipun zaman sudah berkembang dan kompleksitas kehidupan manusia juga terus berganti, hal tunggal ini senantiasa menjadi awal dan akhir setiap masalah, tanpa terkecuali, dan ada sejak awal sejarah manusia hingga sekarang.

Bisakah Anda menemukannya?

Jawabannya adalah PERUBAHAN.

Setiap masalah yang lahir, selalu diawali dengan “kondisi yang dapat diterima”, yang tiba-tiba atau berangsur-angsur BERUBAH menjadi “kondisi yang tidak dapat diterima”. Setiap selesainya atau tuntasnya suatu masalah, selalu ditandai dengan pergerakan dari “kondisi yang tidak dapat diterima” menjadi “kondisi yang dapat diterima”.

Siklus Kehidupan yang Pasti Terjadi

Dengan kata lain, siklus hidup selalu berputar antara: (1) kondisi MENERIMA kenyataan, (2) terjadi PERUBAHAN, (3) kondisi TIDAK MENERIMA kenyataan, (4) terjadi PERUBAHAN, (5) kondisi MENERIMA kenyataan, (6) terjadi PERUBAHAN, dan seterusnya berulang terus hingga kehidupan ini usai. Kisah, situasi, peristiwa, dan pemerannya bisa berganti 1001 kali, tapi siklusnya tetap akan berulang seperti yang dijabarkan.

Contohnya, seorang wanita yang muda, cantik dan cerdas tiba dalam situasi hidup yang penuh sukses dan persahabatan. Tentunya ini kenyataan yang tidak sulit untuk diterima. Suatu saat, jika penampilan fisiknya berubah, atau kariernya mengalami suatu krisis, maka perubahan ini cenderung menjadi kenyataan yang lebih sulit untuk diterima. Melalui proses, upaya, doa, dan dinamika, di suatu titik dia pun akan bisa menerima kenyataan dan berdamai kembali. Namun kehidupan tidak berhenti di sini, dan tentu masih akan ada serangkaian perubahan berikutnya yang silih berganti membawanya dari kondisi “terima” menuju “tidak terima”, dan seterusnya.

Contoh lain adalah kondisi jiwa seseorang yang menjadi korban bencana alam. Dari kondisi “terima” di mana hidup baik-baik saja, tiba-tiba terjadi perubahan bencana alam yang kemudian mengakibatkan kondisi yang sulit diterima karena mungkin dia kehilangan hartanya paling berharga. Namun pada saatnya, dia kembali akan berdamai dengan kenyataan, untuk sementara waktu hingga muncul perubahan baru yang akan hadir.

Benang Merah: ‘Perubahan’ dan ‘Penerimaan’

Dalam siklus yang saya ceritakan di atas, tidaklah sulit untuk memahami bahwa hidup ini adalah dansa yang silih berganti antara perubahan dan penerimaan. Di dalam dansa abadi ini, terseliplah pengalaman rasa yang kita sebut stres, sedih, susah, bahagia, lega, kuatir, takut, cemas, sesal, damai, dll.

Pertama, marilah kita tengok mitra dansa pertama yang bernama ‘perubahan’. Perubahan adalah bagian paling alami dalam hidup. Ada datang, ada pergi. Ada untung, ada sial. Ada pertemuan, ada perpisahan. Ada sehat, ada sakit. Ada senang, ada sedih. Ada lega, ada beban. Ada hidup, ada mati. Tidak ada satu orang pun, termasuk orang suci sekalipun, yang bisa terbebas dari dualitas ini serta perubahan yang senantiasa terjadi.

Memang sangat wajar jika kita ingin menumpuk sehat, senang, untung, dan ingin menampik sakit, sedih dan sial. Namun kebijaksanaan jiwa sejati hanya bisa tumbuh ketika kita mengerti dan menerima bahwa kedua sisi tersebut pasti akan hadir, tidak bisa dicegah, tidak bisa dipertahankan, karena kekuatan perubahan akan selalu mengayunkan nasib kita dari satu sisi ke sisi lainnya bagaikan bandul kehidupan.

Seperti pepatah yang mengatakan “satu-satunya yang pasti dalam hidup adalah perubahan”, maka kalau kita ingin lebih mengalir dalam hidup, kuncinya adalah MENERIMA bahwa perubahan itu selalu ada, dan perubahan tersebut bisa saja berubah ke arah mana pun, kapan pun juga. Semakin cepat kita mengerti dan menerima ini, maka semakin mudah kita “mengalir” dengan hidup.

Melatih Otot Menerima

Ketika kita bisa mengerti bahwa perubahan tidak bisa kita atur-atur, atau kita kendalikan sesuai dengan kehendak dan kepentingan kita, maka kita mulai menengok ke dalam. Mencari jalan keluar dengan memperbaiki situasi di luar memang rasanya ideal, tapi tidak selalu mungkin karena situasi di luar bergantung pada banyak faktor.

Jadi, bagaimana jalan keluar dari berbagai masalah? Jalan ‘keluar’-nya adalah melangkah ‘ke dalam’. Ingat, situasi di luar tidak selalu bisa kita kendalikan. Namun menerima dan tidak menerima adalah sebuah pilihan yang kita semua miliki. Memang benar bahwa menerima bukan selalu mudah, tapi merupakan jalan keluar yang selalu realistis.

Usaha: Perlu atau Tidak?

Kalau sudah tiba pada kesimpulan bahwa hidup ini adalah pilihan antara menerima atau tidak menerima, pertanyaan alamiah selanjutnya adalah apakah usaha masih diperlukan dalam hidup? Ini barangkali merupakan suatu perenungan yang paling kontroversial.

Di satu sisi, kita punya “sistem keyakinan” yang menyatakan bahwa tidak mungkin kita bisa memperoleh apa yang kita inginkan, atau mengatasi suatu masalah, atau mengubah keadaan kalau tidak berusaha dan berupaya. Namun kita pun juga punya bukti nyata bahwa terkadang usaha pun tidak membawa perubahan hasil dan kenyataan.

Di lain sisi, ada juga yang meyakini bahwa takdir, kehendak alam dan/atau Tuhan, serta karmalah yang menentukan kenyataan. Jadi, meskipun kita berusaha, hasilnya tidak tergantung dari usaha tersebut semata. Dan lahir pulalah sikap hidup yang ingin pasrah total, sekaligus meniadakan upaya.

Terus terang, saya tidak anti pada konsep usaha dan upaya. Namun saya juga merasa bahwa kadang usaha, apalagi sampai ngoyo’, yang tidak diimbangi dengan keikhlasan dan kepasrahan, seringkali membawa rasa frustrasi dan kepedihan.

Usaha Dahulu atau Menerima Dahulu?

Jalan keluar yang paling lazim kita tempuh ketika ingin mengubah kenyataan atau menyelesaikan suatu masalah adalah pertama-tama berusaha maksimal untuk menciptakan perubahan situasi dan menerima hasil akhirnya—baik menerima dengan ikhlas maupun terpaksa.

Namun, mengingat bahwa kenyataan tidak semata-mata tergantung pada usaha kita, ada jalan lain yang tidak selalu lazim. Ini jalan yang saya sebut “ABC”. Singkatan dari “Acceptance Before Change”.

Jalan ini adalah ketika kita bisa mengerti bahwa perubahan pasti terjadi, dengan maupun tanpa usaha. Langkah pertamanya adalah menerima tanpa syarat apa pun kenyataan yang ada saat ini, apa pun perilaku dan sikap orang yang terlibat saat ini, apa pun pikiran dan perasaan kita saat ini. Apa pun perubahan yang hadir setelah kita sudah bisa menerima, jauh lebih mudah untuk menyambutnya dengan pikiran jernih dan hati yang lapang.

Saya harus mengakui bahwa ini bukan jalan pikiran yang umum. Namun bagi mereka yang sudah pernah mengalami obat ABC ini dalam hidupnya, mereka juga pernah menyaksikan betapa ajaibnya situasi bisa berubah, ketika masalah yang sedang dihadapi diterima sepenuh hati.

Saya sendiri sudah pernah melihat penyakit fisik yang berat, masalah hubungan cinta yang sudah parah, hingga kesulitan rezeki, bisa berbalik secara ajaib ketika hati sudah mencapai titik ikhlas menerima total keadaan. Ini sungguh sulit untuk ditulis. Anda perlu keberanian untuk mengalaminya sendiri.

Langkah Pertama dan Terakhir untuk Bahagia

Barangkali buah pikiran terakhir yang saya sadari tentang betapa pentingnya kita menerima segala sesuatu yang ada saat ini, sebelum perubahan bisa terjadi, adalah berikut ini: jika kita mencoba untuk mengubah diri, masalah maupun situasi melalui berbagai daya upaya, tanpa kita terlebih dahulu menerima diri sendiri apa adanya, maka meskipun situasi tersebut berhasil kita ubah, kita tidak akan pernah puas, tidak akan pernah damai, apalagi bahagia.

Dahulu, saya pikir kebahagiaan adalah mencapai apa yang saya inginkan. Namun sekarang saya melihat bahwa kebahagiaan adalah ketika tidak ada perselisihan antara keinginan dan kenyataan. Karena kenyataan tidak bisa saya kendalikan sepenuhnya, maka mengelola keinginan menjadi kunci saya untuk bahagia. Dan kunci tersebut bernama: menerima sepenuh hati.

Pilihan dan upaya tidak menghasilkan kenyataan hidup saat ini. Pilihan dan upaya adalah “permainan” yang kita perlu lakukan demi tiba pada kesiapan untuk menerima dan berserah total pada takdir, hidup, dan Tuhan.

Kategori

Kategori